SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA MTs NURUL HUDA
KALANGANYAR SEDATI SIDOARJO
Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kalanganyar merupakan salah satu jenjang madrasah tingkat menengah yang berdiri sekitar tahun 1970 M. Madrasah tersebut didirikan oleh KH. Abdullah Faqih penduduk asli Kalanganyar. Beliau adalah sesepuh masyarakat desa ini. Menurut penuturan beliau, setelah 5 tahun berjalan madrasah ini berada dalam naungan yayasan tersendiri. Sekitar tahun 1980 M madrasah ini telah disahkan dan diakui oleh pemerintah beserta No. Notaris yang telah ditetapkan.
Pendirian Madrasah ini semata-mata untuk menampung siswa-siswi lulusan MI atau SD. Satu hal yang menakjubkan bahwasannya MTs NH (Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda) adalah nenek moyang madrasah tsanawiyah di kabupaten Sidoarjo, dimana pada saat itu terdapat lima MI (Madrasah Ibtidaiyah) yang sudah didirikan. Hal ini sangat sulit dibayangkan, namun memang belum ada MTs yang berdiri dilingkup kabupten Sidoarjo. Menurut penuturan beliau (KH. Abdullah Faqih) ”Saat itu di Sidoarjo hanya ada satu sekolahan setingkat MTs, yakni SMPN 1 Sidoarjo (Sekolah Menengah Pertama Negeri)”. Artinya siswa-siswi lulusan MI/SD yang ingin melanjutkan kejenjang lebih tinggi di sekitar daerah tersebut harus menimba ilmu ke kota Sidoarjo, sedangkan jarak antara desa Kalanganyar sangat jauh berpuluh-puluh kilo meter dari kota Sidoarjo. Berawal dari sinilah greget para tokoh masyarakat (terutama Aba yai Faqih) ingin mendirikan madrasah ini (MTs NH). Selain itu alasan beliau-beliau (tokoh masyarakat) mendirikan madrasah ini, karena dirasa siswa-siswi lulusan MI masih bisa dikatakan minim dalam penguasaan aqidahnya. Untuk itu berdirinya MTs NH juga merupakan benteng agama dalam menyebarkan ajaran-ajaran agama islam. Sehingga madrasah ini masih banyak mengadopsi pelajaran-pelajaran agama atau bisa dikatakan madrasah ini masih bercorak salafi.
Adapun nama "Nurul Huda" berawal dari nama "Assyafi'iyah". Nama Assyafi'iyah berasal dari hasil musyawarah pengurus madrasah pada tahun 1970 M di antara pengurus tersebut ialah KH.Abdullah Faqih (Kalanganyar ), H. M. Ichwan (Peranti), Abdul Rosyid (Buncitan), H. Maksum (Sedati Agung). Nama tersebut telah dikonsultasikan kepada Ustad Sholeh Tobroni (Pengurus MWC NU Sedati). Baru pada tahun 1971 M nama "Assyafi'iyah" diganti dengan "Nurul Huda" atas usulan Bpk. Qosim Abdullah yang telah dimusywarahkan oleh kepala madrasah yang pertama (Bpk. Abdul Rosyid) bersama para Pengurus. Pengurus terebut adalah KH. Abdullah Faqih (ketua), Bpk. Makis (bendahara), dan para anggotanya (H. Marzuki, H. Madzkur, dan H. Dani).
Kepala madrasah MTs NH yang pertama kali dijabat oleh Ust. Abdul Rosyid, beliau berasal dari desa Buncitan. Satu tahun kemudian dilanjutkan oleh Ust. Mudlofir, yang mana keduanya termasuk orang-orang yang masih berkecimpung di Departemen Agama (DEPAG). Karena dirasa kepemimpinan Ust. Abdul Rosyid membuahkan banyak kemajuan untuk MTs NH, akhirnya beliau ditunjuk menjadi Kepala Madrasah pada tahun 1972-1973 M. Kemudian kepemimpinan tersebut dilanjutkan oleh Ust. Ahson Haji yang berasal dari desa Banjarkemuning. Pada tahun berikutnya jabatan kepala madrasah dipegang oleh Ust. Hamzah yang berasal dari desa Banjarkemuning. Dan pada tahun 1999 M hingga sekarang (Tahun 2011 M) jabatan tersebut dipindah alihkan kepada Ust. Drs. H. Misbahuddin yang berasal dari desa kalanganyar. Sedangkan teknisi pergantian jabatan pemegang kepala madrasah ditunjuk secara langsung oleh pengurus yayasan. Namun pemilihan kepala madrasah secara demokratis juga pernah dilaksanakan, akan tetapi untuk calonnya sudah ditentukan oleh pengurus yayasan sendiri.
Sementara gedung yang ditempati pada awal berdirinya madrasah tersebut adalah gedung milik TK Nurul Huda yang terdiri dari satu gedung dan masih berstatus pinjam. Satu tahun kemudian KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berpindah ke balai desa, karena membutuhkan dua kelas yakni kelas satu dan dua. satu kelas berada di balai desa dan satu kelas lagi dirumah orang. Tiga tahun kemudian berkembang menjadi enam kelas dimana putra dan putri dibedakan, karena adanya sifat fanatisme keagamaan yang sangat kental pada masyarakat. Kelas yang ditempati untuk KBM masih tetap berada di balai desa dan rumah-rumah penduduk. Rumah tersebut diantaranya menurut penuturan beliau (KH. Abdullah Faqih) berada di rumah Ust. Syafi’an, Ust. H. Ghofar dan Ust. Ihsan.
Selama tiga tahun berdiri MTs NH masih mengalami hambatan dalam proses belajar mengajar yang berkelanjutan hingga akhir tahun. Di antara Hambatan tersebut ialah madrasah belum sempat mengadakan ujian nasional sebagai penentu kelulusan, namun semua murid kelas 3 (angkatan pertama) yang terdiri dari sekitar 6 siswa dan 7 siswi telah putus sekolah, dikarenakan adanya beberapa faktor yakni sebagian siswa/i menikah dan sebagian lagi bekerja. Pada gelombang ke-2 tahun berikutnya madrasah ini baru bisa berhasil meluluskan siswa/i-nya. Salah satu siswinya telah menjadi tenaga educatif pada madrasah tersebut, beliau adalah Ustd. Rohillah dan teman-temannya. Mereka berhasil menempuh ujian nasional dan mendapatkan ijasah. Perjuangan dan usaha yang mereka hadapi sangat berat, karena mereka harus mengikuti ujian nasional di madrasah yang berada di desa Mojosari kabupaten Mojokerto. Sedangkan jarak madrasah tersebut sangat jauh dari desa kalanganyar tempat tinggal mereka. Pada akhirnya mereka berhasil dan semua ini tidak luput dari kegigihan para tokoh masyarakat beserta pendiri madrasah yang benar-benar ingin memajukan pendidikan di desanya.
Empat tahun kemudian sekitar 1982 M KBM madrasah tsanawiyah bertempat di gedung MI. Alokasi waktu jam pelajaran KBM tetap dilaksanakan pada pagi hari, sedangkan KBM MI dilaksanakan pada sore hari. Beberapa tahun lamanya madrasah ini berdiri, namun belum ada perkembangan pembangunan gedung sedikitpun. Para penduduk setempat juga kurang simpatik dengan adanya pembangunan madrasah. Akhirnya sekitar 8 tahun madrasah ini berdiri, pada tahun 1978 M madrasah membangun gedung baru. Biaya pembangunan tersebut mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa uang. Menurut penuturan beliau, tidak hanya MTs NH saja yang mendapatkan bantuan dari pemerintah, namun seluruh madrasah yang ada di Indonesia juga mendapatkan bantuan tersebut. Dengan adanya bantuan pambangunan gedung, madrasah mulai dibangun. Pembangunan itu berupa gedung yang menghadap ke timur dan dinding yang terbuat kayu jati direnovasi menjadi gedung yang berdiri kokoh dengan batu bata yang tertata rapi.
Sekitar tahun 1980 M madrasah mendapat bantuan lagi dari pemerintah berupa bangunan gedung sebanyak satu lokal. Pemerintah tidak memberikan bantuan berupa uang, karena terdapat salah satu madrasah yang menyalah gunakan uang bantuan tersebut. Bantuan pada madrasah-madrasah selanjutnya berupa bangunan gedung. Dengan adanya bantuan tersebut MTs NH sudah mempunyai empat gedung lokal menghadap ke timur yang sekarang menjadi gedung MI, dimana tiga lokal untuk KBM dan satunya untuk koperasi.
Pada tahun 1982 M pemerintah memberikan bantuan lagi berupa dua gedung dengan nominal 2 juta rupiah. Gedung tersebut difungsikan sebagai tempat guru dan ruang kepala sekolah. Jika diperkirakan panjangnya sekitar 28 m dan sekarang menjadi gedung madrasah aliyah yang menghadap keselatan. Tahun 1979 M kepala desa (Bapak H. Abdul Rohim) memberikan tanah kepada KH. Abdullah Faqih untuk pembangunan madrasah, tanah yang diberikan kurang lebih panjang 20 m dan lebar 8 m. Perkiraan luas tanah tersebut mulai dari gedung madrasah aliyah sampai parit yang berada di belakang madrasah. Sekitar tahun 1983/1984 M Kepala desa(Bapak H. Abdul Rohim) memberikan tanah oloran lagi kepada beliau seluas 9 hektar. Pada saat itu KBM di desa tersebut ditambah satu jenjang, yakni madrasah aliyah yang dilaksanakan pada sore hari di gedung yang sama, sedangkan gedung yang ada terdiri dari empat kelas menghadap ke timur dan dua kelas menghadap ke selatan ( sekarang berupa gedung Aliyah ).
Setelah tahun 1982 M diadakan perencanaan pembangunan gedung MTs bertingkat (sekarang ada dibelakang), Sumber dana yang didapat untuk pembangunan gedung tersebut berasal dari masyarakat desa kalanganyar yang mempunyai tambak. Sumber dana tersebu diambil hektaran, setiap satu tahun untuk 3 hektar tanah masyarakat membayar Rp 1.000,- rupiah. Seperti halnya penarikan pajak, uang iuran tersebut juga digunakan sebagai kas desa. Pada tahun 1984 M pondasi MTs telah berdiri tegak dengan kolom (cagak) sebesar 30 persegi, sedangkan arsitek pembangunan gedung dipercayakan kepada Ir.Kholiq yang berasal dari sepanjang. Beliau adalah salah satu alumni perguruan tinggi UNSURI.
Pembangunan gedung yang sudah berjalan beberapa tahun masih ada kemacetan dari berbagai faktor. Salah satu faktor yang paling urgen yakni mengenai keuangan atau sumber dana yang didapat tidak sesuai dengan kesepakatan awal, karena adanya peralihan pembayaran dari iuran Rp 2.000,- yang dialokasikan untuk madrasah dan desa. Penarikan yang dilakukan secara terpisah, namun selang beberapa waktu penarikan dijadikan satu. Iuran Rp 2.000,- tersebut dibayarkan secara utuh kepada bendahara desa yang selanjutnya akan diberikan ke madrasah sesuai bagian yang telah ditentukan. Pelaksanaan tersebut tidak seperti kesepakatan yang ada, hal ini mengakibatkan macetnya pembangunan tersebut.
Dengan adanya kemacetan sumber dana sekitar 5 tahun ke depan, KH. Abdullah Faqih berusaha membuat tambak dari tanah oloran yang diberi oleh bapak kades. Tambak tersebut dikontrakkan selama tiga tahun dengan nilai nominal sebesar 85 juta. Uang itu digunakan untuk memperlancar pembangunan, seperti pembangunan gedung MTs lantai II yang dapat kita lihat saat ini dengan kasat mata berkat perjuangan beliau. Dari berbagai perjalanan serta lika-liku yang dihadapi oleh pendiri-pendiri MTs NH, terdapat kendala yang terselit dalam penyediaan fasilitas berupa pembangunan gedung, yakni masyarakat kurang sependapat dengan adanya pembangunan tersebu karena dirasa masyarakat masih tergolong primitif dengan pendidikan.
Kemudian Pada tahun 1995-1998 M, KH. Abdullah Faqih sebagai ketua yayasan menyerahkan sepenuhnya jabatan yang beliau emban kepada Kyai turmudzi. Ketika serah terima jabatan gedung madrasah telah berdiri setengah jadi, hanya tinggal menyempurnakan gedung yang masih dalam perbaikan. Di antara tokoh-tokoh pendiri MTs Nurul Huda Kalanganyar dapat disebutkan sebagaimana berikut:
• Bpk KH. Abdullah Faqih
• Bpk. Sholeh Tobroni (almarhum)
• Bpk. Makis (almarhum)
• Bpk. H. Marzuki (almarhum)
• Bpk. Madzkur (almarhum)
• Bpk. H. Dani (almarhum)